Minggu, 10 April 2016

ridu yang dulu

Jiwaku yang rapuh,  rindu rangkulan hangat dari keluarga seperti saat kecil dulu, namun kenapa seakan ada penghalang tebing yang keras dan angkuh menjulang untuk mendekap melepas kerinduanku. Kadang batin bergejolak,  usianya yang telah renta,  berapa lama? sisa waktu untuk bisa mendampingi, berbakti yang tak akan pernah cukup untuk membalas budi. Aku takut,  takut penyesalanku kelak nyata.
Yaa Allah ampuni aku,  yang abai meluangkan waktu untuknya.  Jauhkanlah Bapak Ibu kami dari kesusahan urusan dunia, bahagiakan dan jagalah mereka,  tetapkanlah keimanan beliau pada Mu yaa Rab.

Jumat, 22 Juni 2012

Adil Menurut siapa??


Sertifikasi guru memberikan dampak yang besar bagi  kesejahteraan para guru, guru sertifikasi sekarang memiliki penghasilan yang besar, sehingga berpengaruh pada gaya hidup yang berubah sangat drastis cenderung hedonis dan konsumtif, dari yang dulu hanya mampu membeli sepeda kumbang sebagai alat transportasinya, sekarang mampu membeli mobil mewah baru dan bagus, di setiap tanggal muda mall-mall didominasi oleh para guru dengan troli berisi penuh belanjaan kebutuhan harian mereka, guru sertifikasi juga mendominasi daftar antrian pendaftaran ibadah haji, rumah mereka juga lebih dari sederhana, tapi disisi lain para guru honorer dan guru tidak tetap kehidupanya masih sangat memprihatinkan, dengan gaji di bawah upah regional mereka memiliki tanggung jawab yang sama dengan guru sertifikasi, belum lagi penempatan para guru yang tidak merata, di pulau jawa terjadi penumpukan guru sementara di daerat terpencil pedalaman dan perbatasan sangat kekurangan guru. Hal ini yang menurut saya perlu ditinjau kembali program sertifikasi guru yang sekarang sudah berjalan. Mustinya pemerataan kebutuhan guru harus didahulukan sehingga terjadi pemerataan kesempatan mendapatkan pendidikan bagi seluruh anak bangsa.
            Bagaimana dengan perhatian pemerintah terhadap profesi lain, Negara ini tidak hanya dibangun oleh guru saja, semua profesi memiliki peran masing-masing yang sama pentingnya. Jangan dipandang tenaga pendidik memiliki peran lebih penting sementara yang lainya tidak penting, itu pemikiran yang tidak benar dan kenyataanya sekarang sedang berlaku di negeri ini. Dari tukang sapu sampai presiden semua memiliki andil dalam membangun bangsa ini, mereka harus diperlakukan secara proporsional.  Negara jangan memperlalukan pilih kasih terhadap profesi lainy, sehingga memuculkan ketimpangan yang semakin menganga dalam strata social.
            Kesehatan mestinya juga menjadi prioritas utama Negara dalam menyelenggarakan pembangunan, karena dengan rakyatnya yang sehat pembangunan lainya akan bias dijalankan. Bagaimana siswa bisa menyimak pelajaran dengan baik bila mereka dalam keadaan sakit, orang bisa memiliki etos kerja yang maksimal bila mereka tidak memiliki kondisi kesehatan yang prima. Disini peran Tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan menjadi hal yang juga patut mendapatkan perhatian khusus pemerintah, terutama dalam hal kuwatitas dan pemerataan fasilitas pelayanan kesehatan.
            Kenyataan dilapangan menunjukan fasilitas dan tenaga kesehatan masih sangat minim, terutama di tempat-tempat terpencil, meski terjangkau layanan kesehatan namun terkesan seadanya, tidak adanya sarana peralaan yang memadahi dan petugas kesehatan yang tidak mencukupi untuk menjangkau luas dan sulitnya medan memperberat tugas para petugas yang ada di tempat tersebut, mereka terkadang menjadi sasaran kemarahan masyarakat atas ketidak puasan terhadap pelayanan yang diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat. Bukan karena petugas bekerja tidak benar, melainkan karena tidak adanya alat penunjang pelaksanaan tugas, dan terbatasnya jumlah petugas sehingga masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan tidak semua mampu terlayani dengan baik.

Sabtu, 26 Mei 2012

Guruku Sudah Kaya


      Ketika kita lewat di depan sekolah-sekolah baik negeri maupun swasta coba kita amati,  banyak berjajar mobil bagus dan baru-baru, apa mungkin itu mobil milik para siswa? Bila di sekolah SMA atau SMK itu mungkin, karena siswanya sudah ada yang memiliki Surat Izin Mengemudi, tapi bila itu sekolah SMP jelas bukan, karena siswanya belum di izinkan membawa kendaraan bermotor. Sudah barang tentu itu milik para karyawan, siapa lagi kalau bukan para guru-gurunya, hal ini sudah menjadi tontonan umum di setiap sekolah yang dengan mudah kita jumpai.
 Fenomena ini tentu membuat kita senang tapi juga miris. Senang karena apa yang dulu dinyanyikan bang Iwan fals yang katanya guru itu hanya punya sepeda kumbang mungkin sudah tidak pas lagi dengan keadaan sekarang ini, memang sudah seharusnya taraf kehidupan guru diangkat dari jurang kemiskinan, disisi lain juga miris karena sebagai seorang guru mustinya memberikan tauladan kepeda para murid-muridnya tentang kesederhanaan dan kebersahajaan. Bukan tidak boleh, memang itu hak mereka karena itu mampu mereka lakukan.
     Diberlakukannya program sertifikasi guru oleh pemerintah melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 11 Tahun 2011 tentang Sertifikasi Gutu dalam Jabatan tujuanya adalah untuk memenuhi kuwalifikasi kompetensi guru yang baik dalam memberikan pendidikan dan pelajaran kepada para siswanya, sehingga memiliki mutu pendidikan yang baik dan berdampak pada output siswa yang kompetitif dan memiliki kuwalitas moral yang baik setelah mereka terjun di masyarakat nantinya, hal ini tentunya haru dibarengi tuntutan peningkatan kesejahteraan para guru yang telah memenuhi standar kompetensi itu sendiri.
Namun pada kenyatannya untuk memperoleh sertifikat kompetensi seorang guru tidak terlalu sulit, dengan telah memenuhinya batas minimal skor kelulusan pada penilaian portofolio tertentu atau dengan mengikuti Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) seorang guru dapat memperoleh sertifikat kompetensi itu. Hal ini memberi kesan sertifikasi guru hanya dijadikan alasan oleh guru untuk memperoleh peningkatan penghasilan dan kesejahteraan mereka saja,  tanpa harus betul-betul memperhatikan kuwalitas guru secara merata di seluruh wilayah Indonesia. 
     Kenyataanya melalui sertifikasi guru tidak menunjukan tanda-tanda peningkatan kuwalitas pendidik maupun pemerataan kesempatan untuk memperoleh pendidikan, terutama di wilayah Indonesia bagian timur, daerah perbatasan dan terpencil, sehingga kelihatan nyata para generasi muda sekarang lepas dari karakter kepribadian sebagai bangsa Indonesia yang berjiwa Pancasila. Jiwa gotong royong yang telah memudar, tawuran antar siswa menghiasi berita di televise, toleransi beragama memburuk, musyawarah sudah mulai ditinggalkan berganti dengan cara kekerasan yang jelas itu tidak sesuai dengan falsafah bangsa kita yang itu semua membuat kita miris dan bertanya apa yang salah dengan system pendidikan di Indonesia.

Rabu, 15 Juni 2011

Shalat Gerhana

Shalat gerhana dilakukan sebanyak dua raka’at dan ini berdasarkan kesepakatan para ulama. Namun, para ulama berselisih mengenai tata caranya. 
Ada yang mengatakan bahwa shalat gerhana dilakukan sebagaimana shalat sunnah biasa, dengan dua raka’at dan setiap raka’at ada sekali ruku’, dua kali sujud.
Ada juga yang berpendapat bahwa shalat gerhana dilakukan dengan dua raka’at dan setiap raka’at ada dua kali ruku’, dua kali sujud. Pendapat yang terakhir inilah yang lebih kuat sebagaimana yang dipilih oleh mayoritas ulama. (Lihat Shohih Fiqh Sunnah, 1/435-437)
Hal ini berdasarkan hadits-hadits tegas yang telah kami sebutkan:
“Aisyah radhiyallahu ‘anha menuturkan bahwa pada zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah terjadi gerhana matahari. Beliau lalu mengutus seseorang untuk menyeru ‘ASH SHALATU JAMI’AH’ (mari kita lakukan shalat berjama’ah). Orang-orang lantas berkumpul. Nabi lalu maju dan bertakbir. Beliau melakukan empat kali ruku’ dan empat kali sujud dalam dua raka’at.” (HR. Muslim no. 901)
“Aisyah menuturkan bahwa gerhana matahari pernah terjadi pada masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lantas beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bangkit dan mengimami manusia dan beliau memanjangkan berdiri. Kemuadian beliau ruku’ dan memperpanjang ruku’nya. Kemudian beliau berdiri lagi dan memperpanjang berdiri tersebut namun lebih singkat dari berdiri yang sebelumnya. Kemudian beliau ruku’ kembali dan memperpanjang ruku’ tersebut namun lebih singkat dari ruku’ yang sebelumnya. Kemudian beliau sujud dan memperpanjang sujud tersebut. Pada raka’at berikutnya beliau mengerjakannya seperti raka’at pertama.Lantas beliau beranjak (usai mengerjakan shalat tadi), sedangkan matahari telah nampak.” (HR. Bukhari, no. 1044)
Ringkasnya, agar tidak terlalu berpanjang lebar, tata cara shalat gerhana adalah sebagai berikut:
[1] Berniat di dalam hati dan tidak dilafadzkan karena melafadzkan niat termasuk perkara yang tidak ada tuntunannya dari Nabi kita shallallahu ’alaihi wa sallam dan beliau shallallahu ’alaihi wa sallam juga tidak pernah mengajarkannya lafadz niat pada shalat tertentu kepada para sahabatnya.
[2] Takbiratul ihram yaitu bertakbir sebagaimana shalat biasa.
[3] Membaca do’a istiftah dan berta’awudz, kemudian membaca surat Al Fatihah dan membaca surat yang panjang (seperti surat Al Baqarah) sambil dijaherkan (dikeraskan suaranya, bukan lirih) sebagaimana terdapat dalam hadits Aisyah:
جَهَرَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – فِى صَلاَةِ الْخُسُوفِ بِقِرَاءَتِهِ
”Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam menjaherkan bacaannya ketika shalat gerhana.” (HR. Bukhari no. 1065 dan Muslim no. 901)
[4]Kemudian ruku’ sambil memanjangkannya.
[5]Kemudian bangkit dari ruku’ (i’tidal) sambil mengucapkan ’SAMI’ALLAHU LIMAN HAMIDAH, RABBANA WA LAKAL HAMD’
[6]Setelah i’tidal ini tidak langsung sujud, namun dilanjutkan dengan membaca surat Al Fatihah dan surat yang panjang. Berdiri yang kedua ini lebih singkat dari yang pertama.
[7]Kemudian ruku’ kembali (ruku’ kedua) yang panjangnya lebih pendek dari ruku’ sebelumnya.
[8]Kemudian bangkit dari ruku’ (i’tidal).
[9]Kemudian sujud yang panjangnya sebagaimana ruku’, lalu duduk di antara dua sujud kemudian sujud kembali.
[10]Kemudian bangkit dari sujud lalu mengerjakan raka’at kedua sebagaimana raka’at pertama hanya saja bacaan dan gerakan-gerakannya lebih singkat dari sebelumnya.
[11]Salam.
[12]Setelah itu imam menyampaikan khutbah kepada para jama’ah yang berisi anjuran untuk berdzikir, berdo’a, beristighfar, sedekah, dan membebaskan budak. (Lihat Zaadul Ma’ad, Ibnul Qayyim, 349-356, Darul Fikr dan Shohih Fiqih Sunnah, 1/438)
Nasehat Terakhir
writing1
Saudarakutakutlah dengan fenomena alami ini. Sikap yang tepat ketika fenomena gerhana ini adalah takut, khawatir akan terjadi hari kiamat. Bukan kebiasaan orang seperti kebiasaan orang sekarang ini yang hanya ingin menyaksikan peristiwa gerhana dengan membuat album kenangan fenomena tersebut, tanpa mau mengindahkan tuntunan dan ajakan Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam ketika itu. Siapa tahu peristiwa ini adalah tanda datangnya bencana atau adzab, atau tanda semakin dekatnya hari kiamat.
Lihatlah yang dilakukan oleh Nabi kita shallallahu ’alaihi wa sallam:
عَنْ أَبِى مُوسَى قَالَ خَسَفَتِ الشَّمْسُ فِى زَمَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- فَقَامَ فَزِعًا يَخْشَى أَنْ تَكُونَ السَّاعَةُ حَتَّى أَتَى الْمَسْجِدَ فَقَامَ يُصَلِّى بِأَطْوَلِ قِيَامٍ وَرُكُوعٍ وَسُجُودٍ مَا رَأَيْتُهُ يَفْعَلُهُ فِى صَلاَةٍ قَطُّ ثُمَّ قَالَ « إِنَّ هَذِهِ الآيَاتِ الَّتِى يُرْسِلُ اللَّهُ لاَ تَكُونُ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ وَلَكِنَّ اللَّهَ يُرْسِلُهَا يُخَوِّفُ بِهَا عِبَادَهُ فَإِذَا رَأَيْتُمْ مِنْهَا شَيْئًا فَافْزَعُوا إِلَى ذِكْرِهِ وَدُعَائِهِ وَاسْتِغْفَارِهِ ».
Abu Musa Al Asy’ari radhiyallahu ‘anhu menuturkan, ”Pernah terjadi gerhana matahari pada zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Nabi lantas berdiri takut karena khawatir akan terjadi hari kiamat, sehingga beliau pun mendatangi masjid kemudian beliau mengerjakan shalat dengan berdiri, ruku’ dan sujud yang lama. Aku belum pernah melihat beliau melakukan shalat sedemikian rupa.”
Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam lantas bersabda,”Sesungguhnya ini adalah tanda-tanda kekuasaan Allah yang ditunjukkan-Nya. Gerhana tersebut tidaklah terjadi karena kematian atau hidupnya seseorang. Akan tetapi Allah menjadikan demikian untuk menakuti hamba-hamba-Nya. Jika kalian melihat sebagian dari gerhana tersebut, maka bersegeralah untuk berdzikir, berdo’a dan memohon ampun kepada Allah.” (HR. Muslim no. 912)
An Nawawi rahimahullah menjelaskan mengenai maksud kenapa Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam takut, khawatir terjadi hari kiamat. Beliau rahimahullah menjelaskan dengan beberapa alasan, di antaranya:
Gerhana tersebut merupakan tanda yang muncul sebelum tanda-tanda kiamat seperti terbitnya matahari dari barat atau keluarnya Dajjal. Atau mungkin gerhana tersebut merupakan sebagian tanda kiamat. (Lihat Syarh Muslim, 3/322)
Hendaknya seorang mukmin merasa takut kepada Allah, khawatir akan tertimpa adzab-Nya. Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam saja sangat takut ketika itu, padahal kita semua tahu bersama bahwa beliau shallallahu ’alaihi wa sallam adalah hamba yang paling dicintai Allah. Lalu mengapa kita hanya melewati fenomena semacam ini dengan perasaan biasa saja, mungkin hanya diisi dengan perkara yang tidak bermanfaat dan sia-sia, bahkan mungkin diisi dengan berbuat maksiat. Na’udzu billahi min dzalik.
*******
Demikian penjelasan yang ringkas ini. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi seluruh kaum muslimin. Semoga kaum muslimin yang lain juga dapat mengetahui hal ini.
Semoga kita selalu mendapatkan ilmu yang bermanfaat, dapat beramal sholih dan semoga kita selalu diberkahi rizki yang thoyib.
Pangukan, Sleman, 25 Muharram 1430 H
Yang selalu mengharapkan ampunan dan rahmat Rabbnya
Muhammad Abduh Tuasikal, ST

Minggu, 22 Mei 2011

PERAWAT MENDOMINASI TENAGA KESEHATAN

Perawat di Indonesia, jumlahnya paling banyak bila dibandingkan dengan tenaga kesehatan lainnya, sehingga perannya menjadi penentu dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan baik di Puskesmas maupun di rumah sakit, ujar dr. Supriyantoro, Sp.P, MARS, Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan (BUK) Kemkes pada temu media di Jakarta tanggal 6 Mei 2011.

“Di era globalisasi dampaknya sangat besar, karena itu para perawat harus dapat bersaing secara profesional. Hal itu bisa dicapai, bila para perawat terus meningkatkan profesionalisme melalui pendidikan dan pelatihan”, ujar Dirjen BUK.

Diakui oleh Dirjen BUK bahwa, sebagian besar atau 80 persen perawat yang bekerja di rumah sakit vertikal berpendidikan Diploma III, Diploma IV 0,5 persen, Sarjana Strata Satu Keperawatan 1 persen, Ners 11 persen, dan Sarjana Strata Dua  0,4 persen. Sedangkan perawat yang berpendidikan Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) sebanyak 7 persen.

Jumlah perawat di seluruh rumah sakit berdasarkan Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS Tahun 2000) sebanyak 107.029 orang. Sedangkan jumlah perawat yang bekerja di Puskesmas berdasarkan Profil Kesehatan Tahun 2009 berjumlah 52.753 orang.

Direktur Keperawatan dan Keteknisan Medis Ditjen BUK, Yuti Suhartati, S.Kp., M.Kes. menambahkan, tenaga keperawatan mempunyai kontribusi besar dalam mencapai kinerja Puskesmas dan Rumah Sakit. Karena itu, mutu tenaga perawat akan terus ditingkatkan profesionalismenya secara berkesinambungan.

Menurut Yuti Suhartati, program prioritas pelayanan keperawatan meliputi pengembangan sistem pemberian pelayanan keperawatan professional, pengembangan manajemen kinerja klinik bagi perawat dan bidan, penguatan emergency nursing terkait dengan bencana, pengembangan jenjang karir perawat rumah sakit, revitalisasi Perkesmas di Puskesmas dan jaringannya serta pengembangan pelayanan keperawatan keluarga.

Hari Perawat Sedunia

Berkaitan dengan peringatan Hari Perawat Sedunia atau International Nurses Day (IND) yang diperingati tanggal 12 Mei, akan dilakukan berbagai kegiatan. Tahun 2011, IND mengangkat tema Closing the Gap: Increasing Access and Equity Through Nursing Services. Tema ini menekankan, agar perawat berperan aktif mewujudkan pelayanan kesehatan yang setara dan adil, serta terjangkau masyarakat.

“Sebagai bagian dari komunitas dunia, perawat Indonesia juga turut memperingati IND. Peringatan tahun ini dikaitkan dengan tujuan pencapaian target MDGs serta percepatan pencapaian pelayanan kesehatan kelas dunia,” ujar Direktur Bina Pelayanan Keperawatan dan Keteknisan Medis.

Berbagai kegiatan telah dirancang diantaranya Silaturahmi Akbar Perawat Indonesia dengan tema “ Dalam Bangsa yang Sehat Terdapat Perawat yang Kuat”, Workshop Nasional Keperawatan, pengabdian masyarakat membentuk model keperawatan komunitas di 5 wilayah DKI Jakarta, Pameran Nasioal Keperawatan Indonesia, Lomba Foto Dokumen Keperawatan dan lain-lain.

Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon: 021-52907416-9, faks: 52921669, PTRC: 021-500567, atau e-mail:puskom.publik@yahoo.co.idpuskom.publik@yahoo.co.idinfo@depkes.go.idkontak@depkes.go.id.